TANGERANG – Marak beredarnya voice note Suhardi Tumpang selaku Kepala Desa Wanakerta, Kecamatan Sindang Jaya yang melecehkan profesi wartawan dan LSM mendapat kecaman keras dari berbagai media dan LSM.
Maraknya pemberitaan di media massa secara masif terkait hal itu mendapat tanggapan langsung dari salah satu petinggi di Dewan Pers, Minggu (6/3/2022).
Wakil Ketua Dewan Pers, Hendry CH. Bangun mengatakan, menurut penilaiannya, seorang kepala desa berani mempunyai pandangan seperti itu ada kemungkinan pernah mengalami pengalaman yang kurang baik terhadap profesi wrtawan dan LSM.
“Ada kemungkinan dia (Kepala Desa Wanakerta) pernah punya pengalaman yang kurang baik terhadap wartawan maupun LSM. Contoh mungkin minta duit, mungkin mengintimidasi, menakut nakuti, dan disini organisasi wartawan menunjukkan bahwa wartawan itu harus profesional sesuai aturan dan Undang-undang,” kata Bang Hendry, sapaan akrabnya.
Lebih lanjut Hendry mengatakan, profesi wartawan itu bekerja dengan baik serta tidak melakukan intimidasi, tidak menakut nakuti. “Kalau wartawan sudah profesional dan ada ancaman seperti itu, ya laporkan saja ke Dewan Pers,” tambahnya.
Hendry menghimbau kepada semua kalangan agar tidak menganggap profesi wartawan itu disamaratakan. “Janganlah menganggap semua wartawan itu sama, karena wartawan yang taat akan kode etik dan menjalankan profesi dengan baik itu banyak. Khususnya mereka wartawan yang masuk ke organisasi konstituen Dewan Pers,” tandasnya.
Sebelumnya, beredar rekaman suara Kepala Desa Wanakerta menyebut wartawan dan LSM cukup diberikan amplop lima puluh ribu rupiah, jika tidak nantinya akan berhadapan dengannya yang mengaku telah melalui pendidikan di PUSDIKIP.
“Wartawan LSM lewat, mau lima puluh ribu dikasihin amplop silahkan, tidak mau akan tunjukkan ketika saya dididik di PUSDIKIP Cimahi Bandung, yah jangan macem macem LSM sama wartawan ke LTS,” bunyi rekaman tersebut yang diterima kalangan wartawan pada Minggu (6/3/2022).
Rekaman suara bernada ancaman tersebut juga menyebut kalau dirinya bukanlah kepala desa yang lemah serta dengan menyebut dirinya kepala desa besi olahan salah satu produsen besi terbesar di Indonesia.
“Kepala desa angkatan tanggal 10 bulan 10 bukan kepala desa kaleng-kaleng. Kepala desa baja Full, Baja krakatau stell,” sebut Kades di rekaman.