Perawatan memang ada untuk hiperovulasi, tetapi sulit didapat di wilayah pedesaan di Uganda.
Seperti yang dikatakan Dr. Charles Kiggundu, seorang ginekolog di Rumah Sakit Mulago di Ibu Kota Uganda; Kampala, kepada The Daily Monitor, kemungkinan besar penyebab kesuburan ekstrem Mariem adalah keturunan.
“Kasusnya adalah kecenderungan genetik untuk hiperovulasi—melepaskan banyak telur dalam satu siklus—yang secara signifikan meningkatkan kemungkinan memiliki banyak kelahiran,” katanya.
Saat ini di usianya yang sudah 43 tahun, Mariem diberitahu untuk berhenti memiliki anak tiga tahun lalu setelah persalinan terakhirnya.
Menurutnya, dokter telah mengatakan kepadanya bahwa dia telah “memotong rahim saya dari dalam”.
Berbicara melalui penerjemah untuk pembuat film Joe Hattab, Mariem berkata: “Adalah anugerah Tuhan ingin memberi saya [begitu] banyak anak.” Namun, ceritanya diwarnai dengan kesedihan.
Dia mengatakan dia dipaksa menikah pada usia 12 tahun di luar kehendaknya setelah orang tuanya menjualnya demi mas kawin.
Mariem menambahkan bahwa dokter memberi tahu dirinya bahwa dia terlalu subur dan dia harus terus melahirkan untuk mengurangi tingkat kesuburan di indung telurnya.
Dia diberitahu bahwa tidak ada metode keluarga berencana yang akan berhasil untuknya dan bahwa melahirkan adalah satu-satunya cara untuk “meringankan” tubuhnya.
Menurut Mayo Clinic, sebuah perusahaan kesehatan swasta Amerika Serikat dengan kantor di seluruh dunia: “Sindrom hiperstimulasi ovarium yang parah jarang terjadi, tetapi dapat mengancam jiwa.”
Komplikasi lain dapat mencakup penumpukan cairan di perut atau dada, pembekuan darah, gagal ginjal, memutar ovarium, atau masalah pernapasan.