SMSI Bersinergi dengan Kemenparekraf RI, Gelar FGD Penguatan Destinasi Desa Wisata dan Bangkitkan Ekonomi Bali

  • Bagikan

KARANGASEM – Kementerian Pariwisata Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersinergi dengan SMSI (Serikat Media Siber Indonesia) menggelar Forum Group Discussion (FGD) dengan mengangkat tema Penguatan Destinasi Desa Wisata Bali.

Kepariwisataan Bali terutama menyangkut desa wisata sungguh sangat menarik perhatian dilihat dari sekian banyak desa wisata di Provinsi Bali, sehingga tujuan dari digelarnya FGD adalah untuk memajukan desa wisata di Bali, sehingga pilih Desa Dukuh Penaban sebagai tempat FGD, harapannya hasil dari kegiatan FGD ini bisa menjadikan Desa Dukuh Penaban menjadi Desa Wisata.

Demikian yang disampaikan Ketua SMSI Bali, Emanuel Dewata Oja dalam sambutannya, lebih lanjut dikatanya dalam membentuk desa wisata haruslah menggunakan pola 3G (Gercep, Geber, dan Gaspol), sehingga sejalan dengan visi misi Pemerintah Provinsi Bali, sekaligus juga memberikan dorongan kepada pelaku pariwisata di Bali agar bisa bangkit di masa sulit pada era pandemi Covid-19.

“Jadi kesampingkan ego, dan optimalkan kolaborasi,” tegasnya saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara FGD bertempat di Museum Lontar Desa Penaban, Karangasem pada hari Selasa (22/2).

Selanjutnya Ketua SMSI yang akrab di sapa Edo mengatakan dipilihkan Desa Dukuh Penaban sebagai tempat FGD sudah melalui kajian dan penelitian dari beberapa desa. Sejatinya Desa Dukuh Penebal ini sudah layak dijadikan dan ditetapkan sebagai Desa Wisata.

BACA JUGA :  MKP: Nelayan Indonesia Ambil Sampah Plastik Saat Melaut Bakal Dibayar Sesuai Harga Ikan

“hanya saja Desa Dukuh Penaban belum mendapatkan SK (Surat Keputusan) dari pemerintah Kabupaten, sehingga kami mendorong Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem untuk segera mengkomunikasikan ke Bupati agar bisa ditetapkan menjadi Desa Wisata,” ucapnya.

Kemudian, dirinya juga mengatakan untuk menjadikan destinasi wisata di Desa ini sehingga menjadi dikenal bahkan banyak dikunjungi para wisatawan, diharapkan dalam promosinya bekerjasama dengan media yang kredibel dan mainstream (arus utama) yang ada tergabung dalam SMSI Bali.

Tak hanya itu, Edo menambahkan di era pandemi pariwisata Bali sudah jelas menerima dampak yang besar, bahkan isu negatif yang beredar di luar negeri mengatakan bahwa Bali tidak becus menangani Covid-19. Sehingga pihaknya menilai, untuk memulihkan pariwisata Bali perlu perlawanan dengan isu dan kampanye positif yang peran utamanya harus dari media mainstream.

Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Vinsensius Jemadu mengatakan, Desa Penaban sudah bisa disebut desa wisata karena dari struktur kelembagaan, penataan ruang serta mengajak wisatawan menulis di atas lontar itu bisa menjadi daya tarik tersendiri.

BACA JUGA :  Harga Minyak Turun Tipis Ditengah Kekhawatiran Prospek Ekonomi Dunia

“Saya sudah berkeliling dan melihat Desa Dukuh Penaban sudah sangat bagus bahkan sudah masuk kategori pengembangan Desa Wisata yaitu rintisan, berkembang maju dan mandiri,” kata Vinsensius Jemadu

Dirnya juga sudah melihat Desa Dukuh Penaban adalah Desa yang maju dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) nya pun sudah memperoleh predikat sebagai juara nasional.

“Sangat disayangkan apabila Desa Dukuh Penaban tidak mendapat SK sebagai Desa Wisata dari Bupati Karangasem, dan saya mohon kepada Kabid Pariwisata yang mewakili Kadis Pariwisata Karangasem untuk segera mengkomunikasikan agar Desa Dukuh Penaban menjadi Desa Wisata,” pungkasnya.

“Kami sangat menyambut gembira dan mengapresiasi Kemenparekraf RI dan SMSI Bali yang telah memilih desanya menjadi lokasi FGD ini,” ungkap Wakil Bandesa Adat Desa Dukuh Penaban Nengah Sudana W.

Dikatanya bahwa selain memiliki museum yang mengoleksi 300 lebih lontar, Desa Dukuh Penaban juga punya kesenian unik dan langka yakni Tarian Canglongleng, Tari Kupu Kupu Kuning, minuman khas bawang adas, dan 6 mata air yang debitnya besar.

BACA JUGA :  Dalam Sepekan Bos Facebook dan 3 Milyarder Dunia Kehilangan 1,4 Triliun

“Kalau museum ada upaya penyelamatan dan pelestarian budaya. Kemudian muncul ide membangun museum lontar dimiliki oleh masyarakat kami sendiri di tanah desa adat seluas 1,5 hektar,” ungkapnya.

Desa Dukuh Penaban imbuh Sudana terdiri dari dua banjar adat yakni Banjar Adat Bukit Ngandang dan Banjar Adat Dukuh Penaban dengan 150 KK dan 300 orang warganya berada di perantauan.

Selanjutnya Sudana juga mengatakan , Desa Dukuh Penaban meraih banyak prestasi tingkat nasional diantaranya sudah dua kali memperoleh penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia) tahun 2020 sebagai Pemilik Ide Membangun Museum Lontar dan kedua, memiliki Maestro Lontar, salah satu karyawan Museum Leiden Belanda yakni Dewa Gede Catra sebagai penyulih dan penulis lontar terbanyak.

“Pada kesempatan ini kami berharap kepada Deputi Kemenparekraf dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karangasem memberikan kami support dan semangat agar SK Desa Wisata kami terbit dan gedung museum lontar dapat segera terwujud sesuai harapan masyarakat kami,” tandasnya.

Editor: Aly
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights