Inilah Sosok Si Pitung Pejuang Betawi yang Tak Banyak Orang Tahu
Pitung itu bukan nama orang seperti halnya si Jampang atau Sabeni, tapi singkatan dari Pituan Pitulung (kelompok tujuh) yang merupakan salah satu organisasi perlawanan rakyat Jakarta yang dibentuk pada tahun 1880 Masehi oleh Kyai Haji Naipin atas saran dari pejuang Jayakarta dan sesepuh adat tempo dulu.
Kyai Haji Naipin adalah seorang yang alim dan juga dikenal sebagai salah satu ahli silat yang handal di kawasan Tenabang.
PITUNG didirikan setelah seluruh anggotanya melewati beberapa tes seperti ujian jurus terakhir ilmu silat, ujian ilmu agama yang sudah mereka pelajari, ujian ilmu tarekat serta diakhiri dengan khataman Al-Qur’an yang diikuti oleh 7 santri terbaik Kyai Haji Naipin.
Setelah dinyatakan lulus, maka ketujuhnya dibaiat untuk selalu setia dalam jihad fisabillah melawan pemerintahan dzalim kolonial, setia terhadap persahabatan, selalu menolong rakyat dan hormat dan patuh terhadap orang tua, ulama dan sesepuh adat.
Nama Pitung yang berarti 7 Pendekar Penolong, mengambil dari inspirasi Surat Al Fatehah yang terdiri dari 7 ayat. Oleh karena itu ke 7 Pendekar ini selalu ditekankan untuk terus menghayati dan mengamalkan kandungan Surat Al Fatehah dalam setiap perjuangan mereka.
Di antara ke 7 Pendekar itu kemudian dipilihlah yang paling terbaik untuk menjadi pemimpin, jatuhlah pilihan itu kepada salah satu murid yang paling dicintai KH Naipin yaitu Radin Muhammad Ali Nitikusuma.
KH Naipin memang sangat sayang pada sosok ini, karena sejak kecil Radin Muhammad Ali adalah seorang yatim dan beliau juga tahu bagaimana kisah terbunuhnya ayah Muhammad Ali. Sedangkan ibunya telah menikah lagi dengan salah seorang duda yang mempunyai anak yang berada di daerah Kemanggisan. Kasih sayang ulama sufi ini juga sangat wajar karena dia adalah paman Radin Muhammad Ali.
Beliau, Radin Muhammad Ali Nitikusuma, adalah sosok yang alim dan soleh, pewaris silat Kyai Haji Naipin dan silat-silat warisan pejuang Jayakarta. Beliau dikenal sebagai sosok yang tegas dan pantang kompromi dengan penjajah.