MOSKAW – Pembicaraan damai Rusia-Ukaraina saat ini kembali alami jalan buntu. Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Ukraina mengingkari apa yang disepakati di Istanbul, Turki. Seperti dilaporkan RT, Selasa (12/4/2022
“Kyiv telah kembali pada perjanjian tentatif yang dibuat antara tim perunding Ukraina dan Rusia di Istanbul pada akhir Maret,” klaim Vladimir Putin.
Putin mengatakan, Ukraina telah menolak untuk mengakui Krimea sebagai republik Rusia dan Donbass sebagai republik merdeka.
Putin menekankan bahwa kedua poin itu adalah topik utama yang tanpanya tidak ada kemajuan yang dapat dicapai dalam pembicaraan.
Putaran terakhir negosiasi antara Moskwa dan Kyiv diadakan dua minggu lalu di Istanbul, Turki, di mana, menurut pihak Rusia, delegasi Ukraina menawarkan draf pertama proposal tertulis tentang bagaimana menyelesaikan konflik.
Saat kepala tim perunding Rusia, Vladimir Medinsky, mengungkapkan optimisme hati-hati setelah pembicaraan di Istanbul, dengan mengatakan Ukraina telah memberi isyarat bahwa mereka siap untuk menyatakan dirinya sebagai negara netral, masih ada beberapa batu sandungan utama.
Moskwa menuntut agar Kiev secara resmi mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia dan republik-republik di Donbass sebagai negara merdeka.
Krimea memilih untuk meninggalkan Ukraina dan bergabung kembali dengan Rusia tak lama setelah kudeta Maidan 2014 di Kyiv.
Selama pembicaraan di Istanbul, delegasi Ukraina berjanji bahwa Kyiv tidak akan berusaha untuk merebut kembali republik Donbass dengan paksa. Ukraina menyarankan untuk mengadakan negosiasi terpisah mengenai status Krimea selama 15 tahun.
Namun, Kamis lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Ukraina telah mengajukan proposal tertulis baru yang menyimpang dari apa yang ditawarkan selama pembicaraan tatap muka. Proposal baru, menurut Lavrov, gagal menyebutkan bahwa jaminan keamanan yang ingin diperoleh Kyiv dari kekuatan dunia terkemuka, tidak mencakup Krimea.
Sementara itu, pada Jumat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada Jerman Bild bahwa Kyiv masih melihat pembicaraan dengan Rusia sebagai satu-satunya jalan keluar dari krisis saat ini.