Nabi menunjukkan rasa hormat dan martabat yang besar kepada putrinya, mengajarinya seperti orang-orang di sekitarnya, yang bahkan perlakuan baik terhadap sang putri ini masih menjadi pembelajaran bagi manusia saat ini.
“Berapa banyak ayah yang menunjukkan perhatian dan martabat seperti ini kepada putri mereka? Jarak dan perilaku meremehkan seorang ayah terhadap putrinya tidak memiliki tempat dalam tradisi Islam maupun dalam kehidupan keluarga Muslim saat ini,” ujar Corbin.
Nabi Muhammad pernah berkata: “Siapa pun yang menyenangkan Fatimah, maka dia telah menyenangkan Tuhan dan siapa pun yang membuatnya marah, dia benar-benar membuat marah Tuhan. Fatimah adalah bagian dari diriku. Apa pun yang menyenangkannya menyenangkan saya dan apa pun yang membuatnya marah membuat saya marah.” (Bukhori dan Muslim)
Banyak ayah yang menciptakan dan mempertahankan hubungan yang baik dan sehat dengan anak perempuan mereka akan menemukan jika pernyataan tersebut juga berlaku untuk mereka. Apa yang menyakitkan dan membuat marah putri mereka juga menyakitkan dan membuat mereka marah. Hubungan antara ayah dan anak ini tidak dapat disangkal dan berasal dari hubungan yang dipelihara dan cinta alami.
Tidak hanya saling menghormati dan menunjukkan setiap kebaikan satu sama lain, Fatimah dan Nabi Muhammad sering menghibur satu sama lain. Suatu hari Nabi memanggil Fatimah. Ketika Fatimah datang kepadanya, Nabi mencium keningnya dan berbisik di telinganya.
Setelahnya, Fatimah menangis. Tak lama, Rasulullah kembali berbisik di telinganya dan membuat sang putri tersenyum. Melihat hal ini, Aisha bertanya, “Kamu menangis dan kamu tertawa pada saat yang sama, Fatimah? Apa yang Rasul Allah katakan kepadamu?”
Fatimah menjawab, “Pertama, Dia mengatakan kepada saya bahwa dia akan bertemu Tuhannya setelah beberapa waktu dan saya menangis. Kemudian dia berkata kepadaku: ‘Jangan menangis karena kamu akan menjadi orang pertama di rumahku yang bergabung denganku.’ Jadi aku tertawa.”
Fatimah ra pun tidak bisa berduka lama atas kematian ayahnya, karena dia tahu dirinya akan segera mengikutinya. Bahkan, memikirkan kematiannya sendiri membuatnya tertawa karena itu berarti dia bisa segera berada di dekat Rasulullah SAW lagi.
“Ini adalah tanda kenyamanan luar biasa yang dia rasakan dari kehadiran ayahnya, dan seorang ayah yang tahu persis apa yang harus dikatakan untuk menghibur putrinya. Ini adalah contoh luar biasa dari hubungan ayah-anak,” tulis Corbin.
Sebuah pemikiran yang bodoh jika menganggap hubungan yang dimiliki Rasulullah SAW dan Fatimah adalah hal yang di luar jangkauan manusia. Anak perempuan dapat belajar dari kesetiaan dan rasa hormat Fatimah yang kuat kepada ayahnya, sementara para ayah dapat belajar dari martabat dan rasa hormat yang ditunjukkan Nabi kepada Fatimah.
“Hubungan ayah-anak adalah salah satu kelembutan, rasa hormat, martabat, dan kenyamanan, dan hubungan Nabi dan Fatimah adalah standar emas,” lanjutnya.
(sumber: https://aboutislam.net/family-life/moms-dads/muhammad-fatimah-the-perfect-father-daughter-relationship/)