JAKARTA- Dari ilmu psikologi modern, kita semua mengetahui hubungan ayah-anak memiliki dampak besar pada kehidupan kedua belah pihak. Anak perempuan belajar dengan pria seperti apa mereka harus terikat dan menjalin hubungan berdasarkan jalinan dengan ayah mereka, sementara para ayah belajar bagaimana menjadi lembut, sabar dan penuh kasih dari putri-putri mereka.
Di kehidupan ini, tidak ada hubungan ayah-anak yang lebih besar daripada hubungan Nabi Muhammad SAW dan Fatimah ra. Dengan mempelajari bagaimana mereka berinteraksi, umat Muslim di dunia dapat mencontoh bagaimana hubungan keluarga berjalan dan melihat banyak buah yang tumbuh darinya.
Dilansir di About Islam, Fatimah ra lahir ketika ayahnya Rasulullah mulai menghabiskan waktu lama menyendiri di pegunungan sekitar Makkah. Meski demikian, jarak ini tidak mengubah pola hubungan masa depan mereka.
Ketika baru berusia lima tahun, Fatimah mengetahui jika ayahnya telah menjadi Utusan Tuhan, dan dirinya termasuk di antara sedikit orang pertama yang mendapat hak istimewa untuk menerima pesan itu.
Ketika dia berusia hampir sepuluh tahun, sekelompok kafir Quraisy mendekati Nabi SAW ketika sedang shalat di Masjid al-Haram.
Pemimpin kelompok itu, Abu Jahal, bertanya: ‘Siapa di antara kalian yang dapat membawa isi perut hewan yang disembelih dan melemparkannya ke atas Muhammad?’.
Mendengar hal tersebut, Uqbah ibn Abi Muayt, salah satu yang paling keji di antara yang lainnya, dengan penuh sukarela bergegas pergi.
Tak lama, ia kembali dengan kotoran yang menjijikkan dan melemparkannya ke pundak Nabi ketika dalam posisi sujud. Seorang sahabat Nabi, Abdullah ibn Masud, berada di tempat yang sama tetapi tidak berdaya untuk melakukan atau mengatakan apa pun.
Fatimah menyaksikan tindakan menyudutkan ini saat ayahnya sedang berdoa kepada Allah SWT. Dia tidak membiarkan kejadian tersebut mempermalukan atau membuatnya takut, bahkan di usianya yang masih muda.
Berdasarkan rasa hormat dan cintanya yang besar untuk sang Ayah, ia pun berdiri teguh melawan penindasan ini. Ia menghapus kotoran dari ayahnya yang masih berdoa dan mencerca pihak-pihak yang melanggar.