JAKARTA – Menghadapai Pemilu dan Pilpres 2024, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menegaskan partainya belum menyatakan berkoalisi dengan partai lain.
Paloh mengaku akan memikirkan konsekuensi jika Nasdem secara resmi berkoalisi. Hal ini ditanya soal kedekatan dengan PKS
Paloh menegaskan saat partainya masih terbuka dengan semua partai.
“Saya kan belum berkoalisi. Nanti saya pikirkan kalau saya mau berkoalisi, apa konsekuensi yang harus saya hadapi dan Nasdem hadapi,” kata dia dalam program The Politician CNN Indonesia TV, Senin (4/7) malam.
“Saya sudah katakan tadi. Itulah dia. Pasti. Amat terbuka ya,” tambah Paloh.
Paloh mengatakan Nasdem hanya memiliki dua opsi menghadapi Pemilu dan Pilpres 2024, yakni menang atau berada di barisan pendukung pemenang.
Namun demikian, pihaknya tetap akan menerima jika kalkulasi memaksanya tetap harus kalah.
Dia pun membeberkan kriteria pihak yang akan didekati Nasdem. Menurut dia, kelompok tersebut harus bisa mengalahkan argumentasi Nasdem dengan bijak dan tenang. Bukan dengan kebencian, melainkan dengan fakta dan data lapangan.
Paloh mengaku telah mengantongi modal setelah dua kali mengikuti dua pemilu terakhir. Modal tersebut menurut dia tidak berbentuk, namun bisa dirasakan.
“Kita tidak bisa tangkap dia. Tapi terasa di tangan kita. Sepanjang sensitivitas itu masih ada pada kita, itu adalah modal yang besar dalam menentukan pilihan,” katanya dikutip CNN Indonesia, Selasa (5/7).
Bicara Pemilu 2024, Paloh menilai setiap partai harus bisa membaca emosi publik dan dia meyakini emosi itu berubah sejak Pilpres 2019. Menurut dia, publik telah capek dengan lip service atau janji manis.
“Emosi publik ini barangkali mengarah pada sesuatu yang mereka harapkan siapa yang berjiwa besar untuk mengajukan kepentingan negeri ini. Mereka sudah capek dengan lip service,” katanya.