ANKARA– Ankara menuding Amerika Serikat berusaha melakukan kudeta terhadap pemerintahan Turki pada pemilu tahun ini. Hal tersebut semakin menggambarkan buruknya hubungan antara dua negara sekutu NATO itu.
Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu mengatakan, pada pemilu yang digelar 14 Mei nanti, AS akan berusaha untuk menyelesaikan kudeta yang mereka upayakan selama Pemilu 2016.
“Mereka (AS) gagal melakukannya selama percobaan kudeta; sekarang mereka akan mencobanya lagi selama Pemilu,” ujar Soylu dalam wawancara dengan saluran TV Habertürk pada Rabu (3/5/2023)
“(Apakah AS akan melakukannya) hanya di sini (di Turki)? Mereka mencoba melakukannya (juga) di Hongaria. Orban (Presiden Hongaria Viktor Orban) mengusir Soros (pengusaha George Soros) keluar dari Hongaria; mereka (AS) lantas menominasikan tiga kandidat (presiden) untuk melawan Orban,” katanya.
Soylu menuturkan, Mendagri Hongaria Sandor Pinter telah memperingatkan Ankara tentang upaya AS memberikan dukungan keuangan untuk sejumlah organisasi nonpemerintah Turki. Tujuannya adalah untuk mengganggu pemilu Turki yang akan digelar dalam waktu dekat.
Dia juga menuduh AS mendalangi kudeta di Turki pada 1960 dan 1971. Menurut Soylu, ada rekaman tentang pertemuan seorang politikus Turki dan seorang duta besar “dari satu negara yang berkepentingan”.
Pertemuan itu berisi pengarahan tentang bagaimana membuat kekacauan empat bulan sebelumnya. Namun, Soylu menolak menyebutkan nama negara dan orang yang dimaksud.
Soylu pun menyatakan keyakinannya bahwa Presiden Recep Tayyip Erdogan selaku kandidat petahana akan dengan mudah memenangkan pemilihan presiden pada putaran pertama.
“Insya Allah, kami selesaikan di putaran pertama, terbukti dari jajak pendapat. Kilicdaroglu (capres Kemal Kilicdaroglu) dan Partai Rakyat Republik (suaranya) ada di belakang kita,” kata sang menteri.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga survei Turki Ivem menunjukkan, Erdogan mampu memenangkan putaran kedua dengan unggul 3 persen dari kandidat lawan.
Pemilihan presiden dan parlemen akan diadakan di Turki pada 14 Mei. Kemal Kilicdaroglu, yang diusung oleh aliansi oposisi tujuh partai, dianggap sebagai pesaing utama Erdogan.
Jika tidak ada kandidat yang berhasil memenangkan lebih dari 50 persen suara, putaran kedua pilpres akan dijadwalkan pada 28 Mei.(*)