JAKARTA – Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa melakukan perombakan besar-besaran di tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ada sebanyak 328 perwira tinggi dari tiga matra yang dimutasi, termasuk Brigjen TNI Susilo.
Sesuai dengan Surat Keputusan Nomor Kep 66/I/2022 Tanggal 21 Januari 2022 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan TNI, Brigjen Susilo didaulat sebagai Kasdivif 3 Kostrad menggantikan Brigjen TNI Refrizal yang dimutasi sebagai Wadanseskoad.
Namun, tidak banyak yang mengetahui tentang kehidupan dan perjalanan karir dari Jenderal TNI lulusan Akademi Militer 1993 ini. Brigjen TNI Susilo pernah dipercaya sebagai Danrem 051/Wijayakarta (2019-2020). Saat menjadi Asops Kaskostrad, jenderal tempur Pasukan Cakra ini juga pernah ditunjuk sebagai Pangkoopsgab Pinang Sirih di Papua.
Pria kelahiran Lasem, Rembang, Jawa Tengah pada 63 tahun silam ini merasakan betul pahitnya hidup. Lahir di keluarga yang sangat sederhana, Susilo sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara merasa harus ikut bertanggung jawab membantu kedua orang tuanya.
“Saya sering mengalah karena adik saya masih kecil-kecil, sehingga kadang-kadang saya sebagai anak laki-laki pertama, saat itu sekolah kadang-kadang masuk, kadang-kadang enggak,” kata Susilo dikutip dari video di akun resmi YouTube milik TNI AD, Minggu (30/1/2022).
Susilo menceritakan, bukan tanpa alasan dirinya kerap bolos sekolah. Tanpa sepengetahuan ibunya dirinya sering bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Tentara yang mengawali karier sebagai Pama Kostrad itu mengisahkan, tak jauh dari tempat tinggalnya, persisnya di kawasan Binangun, menjadi tempat pemberhentian truk. Di situlah dia mencari nafkah tambahan.
“Ikut saya sama anak-anak situ untuk mencuci mobil (truk). Kadang-kadang sampai malam, karena di rumah hanya dua kamar. Bayangkan tujuh anak dengan dua kamar, jadi kadang-kadang saya mengalah,” tuturnya.
Susilo tidak pernah membayangkan jika dirinya bakal berkarier di dunia militer. Menurutnya, teman di SMAN 1 Lasem lah yang mengubah jalan hidupnya. Begitu lulus SMA, oleh teman sebangku itulah dia diajak masuk AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang sekarang bernama AKMIL).
Lucunya, ketika itu Susilo tak tahu AKABRI. Maklum anak desa ditambah saat itu akses informasi sangat jarang. Koran, kata dia, bahkan tak selalu ada di desanya. Justru yang dia tahu hanya Marinir. “Saya tanya, AKABRI itu bagaimana,” kata Susilo.
Sang sahabat tadi lantas menunjukkan sebuah foto bergambar deretan siswa Taruna. Kebetulan kakak temannya tadi sedang menempuh pendidikan di AKABRI. Dasar tak pernah tahu Akabri, saat melihat foto siswa Taruna berseragam PDH cokelat, Susilo tak percaya mereka calon tentara. “Saya bilang, ini polisi,” kata dia, seraya tersenyum.
Dalam perjalanannya, Susilo lantas mendaftar AKABRI. Dia pun diterima dan mengikuti pendidikan di Lembah Tidar, Magelang hingga akhirnya berkarier di TNI AD hingga sekarang.
*(Ren)