Keluarga Ungkap Pelaku Penembakan di Kantor MUI Kerap Berhalusinasi Sebagai Utusan Nabi

  • Bagikan
Penembakan brutal di kantor MUI pusat. (Foto/istimewa)

PESAWARAN- Sejumlah fakta terkait Mustopa, pelaku penembakan di kantor MUI pusat terungkap. Mustopa pernah mengalami gangguan jiwa dan sempat dipasung.

Selain pernah melakukan pengerusakan Kantor DPRD Provinsi Lampung, Mustopa, pria asal Kabupaten Pesawaran, Lampung, yang mengaku sebagai wakil nabi tersebut pernah mengalami gangguan jiwa pada 2016 lalu.

Sebelum melakukan aksi penembakan di Kantor MUI Pusat, Mustopa (60), merusak Kantor DPRD Provinsi Lampung. Akibat perbuatannya, Mustopa divonis 5 bulan pidana penjara.

Dari penelusuran di lingkungan tempat tinggal pelaku di Desa Sukajaya, Kecamatan Way Khilau, Kabupaten Pesawaran terungkap fakta lain. Mustopa pernah mengalami gangguan jiwa pada 2016. Hal tersebut dibenarkan oleh Kapolres Pesawaran AKBP Pratomo Widodo.

BACA JUGA :  Presiden Jokowi Resmi Luncurkan Kartu Tani Digital Saat Kunker di Aceh Hari Ini

AKBP Pratomo Widodo mengatakan, dari hasil keterangan pihak keluarga, pelaku memiliki riwayat gangguan jiwa, dan sering berhalusinasi sebagai utusan nabi.

“Meski kondisi kejiwaan pernah terganggu, Mustopa tidak berobat ke rumah sakit,” kata AKBP Pratomo Widodo seusai berdialog dengan keluarga Mustopa, Selasa (2/5/2023).

AKBP Pratomo Widodo menjelaskan, pelaku tidak ada keterkaitan dengan aksi terorisme atau radikalisme.

Lebih lanjut AKBP Pratomo Widodo, berdasarkan keterangan istrinya, Mustopa berangkat ke Jakarta dengan menumpang travel pada Senin 1 Mei 2023.

“Berangkat selepas Magrib. Pamit kepada istrinya hendak ke Pulau Jawa dengan menggunakan travel,” jelas AKBP Pratomo Widodo.

Keterangan senada juga disampaikan Ichwan (45), adik pelaku laki-laki Mustopa. Ichwan mengatakan, sang kakak pernah mengalami gangguan jiwa saat berada di tempat istrinya di Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.

BACA JUGA :  Jelang Nataru 2024, BNPB dan BMKG Siapkan Sejumlah Antisipasi

Mustopa sempat dipasung karena sempat dianggap membahayakan warga sekitar. Dirasa telah sembuh, Mustopa kemudian dibawa pulang ke Kabupaten Pesawaran.

“Setelah sembuh, perilakunya seperti biasa. Sehari-sehari bertani cokelat. Sedih mendapat kabar (Mustopa) meninggal ditembak polisi, mungkin perjalanan takdirnya seperti itu,” kata Ichwan

Menurut Ichwan, sang kakak memiliki tiga anak. Namun tidak ada yang tinggal bersamanya. Anak tertuanya bekerja di Korea. Kemudian anak kedua berada di Cirebon. Sedang si bungsu sedang berada di luar.

“Tidak ada perilaku ke arah radikal. Saya kaget begitu mendengar kejadian seperti ini,” ujar Ichwan.(*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Verified by MonsterInsights