Harga Minyak Kembali Menguat Usai OPEC+ Umumkan Bakal Pangkas Produksi November Mendatang

  • Bagikan
Harga minyak naik lebih dari US$2 pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB).

JAKARTA- Harga minyak mentah dunia menguat ke level tertinggi dalam tiga pekan terakhir pada akhir perdagangan Rabu (5/10), waktu Amerika Serikat (AS).

Penguatan terjadi usai Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) sepakat memangkas produksi 2 juta barel per hari mulai November dalam pertemuan yang digelar pada hari yang sama.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WT) untuk pengiriman November naik US$1,24 atau 1,4 persen ke US$87,76 per barel di New York Mercantile Exchange.

Selama sesi perdagangan berlangsung, WTI sempat menyentuh US$88,42 per barel atau tertinggi sejak 15 September 2022.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak Brent untuk pengiriman Desember sebesar US$1,57 atau 1,7 persen ke US$93,37 per barel di London ICE Futures Exchange. Dalam sesi tersebut, Brent juga sempat menyentuh US$93,36 per barel atau tertinggi sejak 15 September 2022.

BACA JUGA :  Waspadai Resesi Ekonomi Dunia Tahun 2023

OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi dengan mempertimbangkan ketidakpastian yang mengelilingi prospek ekonomi dan pasar minyak global.

“Pemotongan produksi adalah reaksi OPEC+ terhadap penurunan harga dalam beberapa bulan terakhir, dan akan membantu menyeimbangkan kembali pasar minyak,” ujar Analis Energi Commerzbank Research Carsten Fritsch dalam catatannya.

Fritsch menilai pemangkasan produksi OPEC+ dapat memacu pemulihan harga minyak yang sempat turun ke kisaran US$90 per barel setelah sempat menembus US$120 per barel tiga bulan lalu. Tekanan harga berasal dari kekhawatiran resesi ekonomi global, kenaikan suku bunga AS dan penguatan dolar AS.

Analis Pasar Keuangan Senior City Index Fiona Cincotta menilai pemangkasan produksi pasar telah diantisipasi pasar.

BACA JUGA :  Imbas Proyek "Bakar Duit" Metaverse, Kerugian META Melonjak

“Dampak nyata dari pemotongan besar (OPEC+) akan lebih kecil, mengingat beberapa anggota gagal mencapai kuota produksi mereka,” ujar Cincotta.

Lebih lanjut, pelaku pasar juga memperhatikan data persediaan bahan bakar AS. Badan Informasi Energi AS (EIA) mencatat persediaan minyak mentah komersial Negeri Paman Sam turun 1,4 juta barel selama pekan yang berakhir 30 September.

EIA juga mencatat total persediaan bensin motor turun 4,7 juta barel dan stok bahan bakar sulingan turun 3,4 juta barel pekan lalu.(*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights