Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tahu Menjerit: Produksi Turun hingga 50 Persen

  • Bagikan
Foto: ilustrasi

SALATIGA- Tempat pembuatan tahu Sumber Karya Putra, yang berada di Jalan Kalibodri, Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, masih bertahan di tengah kenaikan harga kedelai.

Usaha yang telah berdiri sejak tahun 1940 dan kini dikelola generasi ketiga yaitu Aditya Sito Pamungkas, tengah mengalami masa sulit. Jumlah pekerja yang sebelumnya ada enam orang, kini hanya tersisa tiga orang. Selain itu, jika biasanya dalam sehari usaha tahu ini mampu memproduksi 200 kilogram kedelai, kini hanya 100 kilogram saja.

“Jumlah pekerja untuk sementara kami kurangi dulu. Kalau sebelumnya ada enam orang pekerja, sekarang yang ada hanya tiga orang karena produksinya sudah turun 50%. Kalau biasanya sehari kami mampu memproduksi 200 kilogram kedelai, kini hanya 100 kilogram saja. Tapi nanti kalau kondisi sudah kembali normal, para kerja ya akan kami panggil lagi,” ujar Aditya Sito Pamungkas, Senin (07/11/2022).

BACA JUGA :  Pertumbuhan Ekonomi 2021 Berikan Sinyal Positif Terhadap Prospek Ekonomi 2022

Adityo mengaku hal ini merupakan imbas kenaikan harga kedelai dari yang sebelumnya hanya Rp 12.000 per kilogram kini menjadi Rp 14.000 per kilogram. Untuk menyiasati agar tidak merugi, dirinya terpaksa menaikkan harga dari sebelumnya Rp 500 per biji menjadi Rp 800 per biji. Kenaikan harga tahu ini akhirnya berdampak pada omzet penjualan mereka.

“Harga tahu saya itu dari harga sebelumnya Rp 500 per biji, sekarang menjadi Rp 800 per biji. Harga saja yang naik, karena kalau ukuran masih tetap sama. Untuk dampaknya jelas ada, yaitu omzet bekurang hingga turun 50%. Kalau dulu rata-rata per hari kami bisa memproduksi 5.200 tahu, sekarang hanya 2.600 sampai 3.000 tahu saja,” sebut Adityo.

BACA JUGA :  Tolak Permenaker 2/22, Ribuan Buruh Gelar Aksi Massa di Sejumlah Kota di Indonesia

Perajin tahu berharap pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai agar daya beli masyarakat kembali normal.

“Kalau saya sebagai pengusaha tahu tidak apa-apa kalau tidak ada susbsidi, yang penting harga kedelai kembali normal ke Rp 12.000 atau Rp 12.500. Itu lebih menguntungkan daripada kita mendapatkan subsidi,” tambah Adityo Sito Pamungkas.(*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights