Fenomena Langka, Bulan Baru Mikro Diapit 2 Kali Supermoon Bakal Berlangsung Akhir Juni

  • Bagikan
Langka, fenomena Bulan Baru Mikro diapit 2 kali Supermoon akan terjadi (Foto: NASA/Bill Dunford)

GARUDANEWS- Fenomena Bulan Baru Mikro diapit 2 kali Supermoon akan terjadi, di mana termasuk peristiwa langka karena berlangsung 9 tahun sekali.

Dilansir dari laman EDUSAINSA LAPAN (BRIN), Jumat (10/6/2022), hal ini disampaikan oleh Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, yakni Andi Pangeran.

“Fenomena ini terakhir terjadi pada 2004 dan 2013, sehingga berlangsung setiap 9 tahun sekali, akan berlangsung kembali pada 2031 dan 2040,” kata Andi.

Andi menjelaskan, fenomena Bulan Baru Mikro diapit 2 Supermoon ini berlangsung pada 29 Juni 2022 mendatang, pada pukul 09.52 WIB, 10.52 WITA, atau 11.51 WIT.

Kemudian, pada 14 Juli 2022, pukul 01.57 WIB, 02.57 WITA, atau 03.57 WIT. Kali ini bisa disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

BACA JUGA :  BMI Siap Produksi Motor Listrik Karya Anak Bangsa

“Untuk Bulan Baru Mikro, saat pagi hari sebelum Matahari terbit tidak dapat disaksikan,” ungkapnya.

Dia menerangkan, hal itu karena Bulan terbit lebih lambat dibandingkan dengan Matahari, lalu permukaan Bulan yang menghadap ke Bumi tidak terkena cahaya Matahari sehingga Bulan tampak gelap.

“Bulan Baru Mikro ini juga bertepatan dengan Ijtimak atau Konjungsi Awal Bulan Zulhijjah 1443 H,” papar dia.

Artinya, sambung Andi, jika hilal dapat terlihat, maka 1 Zulhijjah 1443 H akan jatuh pada Kamis, 30 Juni 2022 dan Idul Adha jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022.

Kendati demikian, jika hilal tidak dapat terlihat, maka Zulqaidah 1443 H digenapkan 30 (istikmal) sehingga 1 Zulhijjah 1443 H akan jatuh pada Jumat, 1 Juli 2022 dan Idul Adha jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022.

BACA JUGA :  Begini Penjelasan Lengkap Mengapa Burung Tidak Kesetrum Saat Hinggap di Kabel Listrik

Sebagaimana halnya fase Purnama maupun fase Bulan Baru pada umumnya, fenomena Bulan Baru Mikro ini dapat menimbulkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan hari-hari biasanya.

Pasang laut ini, disebut juga sebagai pasang purnama. Ini karena konfigurasi Matahari-Bumi-Bulan atau Matahari-Bulan-Bumi yang segaris dan mengakibatkan masing-masing gaya diferensial (gaya pasang surut) yang ditimbulkan oleh Bulan dan Matahari karena memilki arah yang sama.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights