Dia menambahkan bahwa dibutuhkan setidaknya lima tahun bagi negara untuk menemukan pijakan yang kokoh kembali. Sekolah dan kantor pemerintah di kota-kota besar di Sri Lanka telah ditutup setidaknya selama sepekan akibat kekurangan bahan bakar. Hal itu telah memaksa negara untuk berhenti beraktivitas secara total.
Kerawanan pangan juga melanda Sri Lanka, dengan data dari bank sentral menunjukkan kenaikan tajam harga untuk semua jenis makanan. Mulai dari beras, makanan pokok, harganya hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Harga bahan pokok seperti tomat naik empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Pekan lalu, pegawai pemerintah diminta menanam makanan di halaman belakang rumah mereka.
Tanda-tanda krisis yang menghancurkan ada di mana-mana, termasuk kekurangan obat-obatan di rumah sakit dan bisnis di ambang penutupan. Di rumah sakit umum utama di ibu kota, Kolombo, persediaan penting seperti obat-obatan juga semakin langka.
“Kami mencoba untuk mengelolanya, tetapi ada kelangkaan, jadi harus bijak menggunakannya” kata juru bicara rumah sakit, Pushpa De Soysa.
Sebelumnya Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengakui ekonomi negaranya telah benar-benar kolaps. Krisis telah disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah membayar utang dan dinamika yang diperburuk oleh inflasi global serta kekacauan rantai pasokan makanan di tengah invasi Rusia ke Ukraina.(*)