Jakarta- Pakistan dilanda banjir bandang sejak Sabtu (27/8). Sedikitnya 1.033 orang meninggal dunia, satu juta rumah hancur, dan lahan pertanian tersapu banjir.
Warga kini diliputi ketakutan bencana banjir bakal lebih parah lagi karena khawatir tentang kondisi bendungan yang didirikan di era kolonial Inggris berusia 90 tahun.
Ribuan warga di daerah Provinsi Sindhu akan mengalami bencana parah jika Bendungan Sukkur jebol.
Pemerintah Pakistan telah mengumumkan status darurat akibat banjir bandang di negaranya yang berdampak terhadap 33 juta warga.
Banjir terjadi setelah Sungai Indus meluap akibat hujan deras di wilayah itu. Debit air di Bendungan Sukkur pun naik drastis akibat luapan banjir di Sungai Indus.
Luapan air di Sungai Indus juga diakibatkan kiriman air yang amat besar dari Tibet.
Salah satu warga mengungkapkan kengeriannya melihat begitu derasnya air yang mengalir ke Sungai Indus.
“Air mengalir deras di sungai membuat kami takut,” tutur petani di kota kecil Sukkur, Irshad, kepada AFP.
“Gelombang besar sepertinya bakal datang sebentar lagi,” katanya lagi yang mengalami kerugian setelah kebun kurma dan sayurannya disapu banjir bandang.
Air di Sungai Indus semakin meluap dan menggenangi sejumlah wilayah di sekitar sungai itu. Jika Dam Sukkur tak dapat mengendalikan bahkan jebol, bencana besar bakal terjadi.
Bendungan Sukkur sendiri dahulunya bernama Dam Lloyd semasa pemerintahan kolonial Inggris. Dam itu dibangun pada 1932, mampu mengalirkan 1,4 juta meter kubik air per detik lewat 19 gerbang baja di antara pilar beton.
Dam Sukker kerap menjadi tempat wisata favorit bagi warga lokal untuk sekadar foto-foto di sana maupun bersantai. Namun, sejumlah warga kini mengkhawatirkan kondisi jembatan itu saat air di Sungai Indus meluap.
“Bendungan ini sudah berusia 90 tahun, sementara garansi kelayakannya hanya sampai 50 tahun,” tutur Menteri Pengairan Pakistan, Khursheed Shah, kepada AFP.
“Jadi sekarang sudah 40 tahun melewati masa kelayakan,” ia menambahkan.(*)