JAKARTA – Pembangunan menara telekomunikasi setinggi 25 meter di kawasan Jl. Tomang Asli, RT.007, RW.003, Kelurahan Jatipulo, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, memicu protes warga. Menara yang hanya berjarak sekitar 1 meter dari rumah warga ini dianggap berisiko membahayakan keselamatan mereka.
Camat Palmerah, Suci Handayani, menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan pengecekan langsung ke lokasi bersama Lurah Jatipulo, Dinas Citata, dan PTSP.
“Kami sudah mengecek lokasi bersama tim terkait,” ujarnya pada Senin (6/1/2025).
Sebagai langkah penyelesaian, rapat koordinasi akan digelar di Kantor Kelurahan Jatipulo pada Rabu (8/1/2025). “Lurah akan mengundang semua pihak terkait untuk mencari solusi bersama,” tambah Suci.
Menurut warga, pembangunan menara tersebut menyalahi informasi awal yang menyebutkan lokasi berada di sisi lain rumah penyewa. Kenyataannya, menara didirikan di atas dak dengan ketinggian mencapai 13 meter, sangat dekat dengan rumah tetangga. Salah seorang warga mengungkapkan kekhawatirannya, “Jika menara ini roboh, rumah saya bisa tertimpa. Ini sangat mengkhawatirkan.”
Akademisi dan pengamat kebijakan publik, Awy Eziary, menyoroti pentingnya penegakan aturan tata ruang dalam kasus ini. “Pemerintah daerah harus memastikan pembangunan menara mematuhi syarat teknis dan jarak aman. Jika melanggar, izinnya harus ditinjau ulang,” tegasnya.
Warga berharap tindakan tegas dari pihak terkait untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan mereka. Selain itu, mereka menuntut transparansi dan kepatuhan perusahaan tower terhadap aturan.
Rapat pada Rabu mendatang diharapkan membawa solusi terbaik bagi semua pihak, terutama warga yang merasa dirugikan.*
