“Kalau di Sukabumi ini masa-masanya kerajaan Sunda, yang kita kenal di prasasti sanghayang Tapak Cibadak adalah Sri Jaya Buphati. Masa-masa itu kita sudah mengenal bahan mochi yaitu beras ketan, Masyarakat Sukabumi sudah membudidayakan padi dengan cara berladang,” ujarnya.
Meski begitu, eksistensi mochi yang dikenal sekarang kemungkinan mulai muncul saat ada kegiatan perniagaan antara warga pribumi dengan Jepang. Sebelum masa pendudukan Jepang di nusantara.
Dikutip dari detikJabar, Setelah dibawa oleh orang Jepang (1942-1945) tentara Jepang membuat mochi untuk perayaan tahun baru dengan bantuan koki Sunda.
“Pada masa tersebut dimungkinkan alih keterampilan membuat mochi, namun tentunya masih produksi rumah untuk keperluan ritual, bukan industri seperti sekarang,” jelasnya.
Mochi kemudian berkembang menjadi salah satu komoditas industri kuliner sekitar tahun 1960an. Meski begitu, kemungkinan pada masa tersebut mochi belum menjadi buah tangan khas Sukabumi.
Hal ini diperkuat oleh fakta dalam buku Tamasya di Jawa Barat terbitan tahun 1959. Dalam buku tersebut, kue mochi belum disebut sebagai kuliner khas Kota Sukabumi.
“Sukabumi sendiri mengalami beberapa pengaruh budaya dalam hal makanan. Dalam hal kuliner, WBTB versi UNESCO tidak membatasi asal muasal, tetapi genuitas proses budayanya,” ujar Irman.
Dewasa ini, mochi sudah jadi buah tangan saat berkunjung ke Sukabumi. Perkembangan mochi di Sukabumi juga tidak hanya dari penyebaran tempatnya saja tetapi juga varian kulit dan isiannya.
Beberapa produsen mulai membuat mochi dengan berbagai varian rasa seperti stroberi, cokelat, keju hingga ovaltine.(*)