Kasus meningalnya bocah tersebut menambah panjang daftar kasus kematian yang diduga akibat rabies.
Kata dr Arya, sejak Januari hingga pertengahan Juni ini, sudah ada 7 kasus pasien yang meninggal dunia akibat suspek rabies.
Jumlah ini, sangat meningkat drastis dibanding tahun 2021 lalu yang hanya ditemukan 1 kasus kematian.
“Dengan kasus baru itu, pasien yang meninggal dunia akibat rabies tercatat sebanyak 7 orang. Kemungkinan masih ada lagi yang memiliki gejala seperti rabies hingga meninggal dunia namun tidak dilaporkan dan tidak tercatat,” kata dr Arya.
Menurut dr.Arya, pihak rumah sakit menerima permintaan suntikan VAR rata-rata per hari sebanyak 8 kasus. Itu terjadi dalam rentang waktu tiga hari terakhir.
RSUD Buleleng menerima hingga 27 permintaan VAR dari pasien yang mengalami gigitan anjing.
”Ini berarti dalam satu hari ada sekitar 8 kasus gigitan,” ungkap dr Arya.
Untuk mengatasi semakin tingginya angka kematian akibat rabies, Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, Sucipto mengatakan, bersama dinas dan instansi terkait akan membentuk tim khusus untuk merespon tingginya kasus rabies di Buleleng.
Pembicaraan soal itu akan dibahas bersama Sekda Buleleng Gede Suyasa. Namun demikian, kasus rabies yang belum dapat dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), namun perlu penanganan yang serius.
“Sangat disayangkan hampir semua yang meninggal tidak mendapat VAR,” ujarnya.