Berawal dari Minta Foto Berakhir Ricuh, Aremania Bantur: yang di Tribune Salah Apa Ditembak Gas Air Mata?

  • Bagikan
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan seusai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022). (Foto: Dok. Antara)

JAKARTA- Aremania Korwil Bantur menyebut tragedi Kanjuruhan dipicu karena suporter minta foto usai pertandingan melawan Persebaya Surabaya di Liga 1 2022/2023.

Aremania Korwil Bantur The Black Lion, Slamet Sanjoko di Kabupaten Malang, Ahad (2/10), memberikan kronologi terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menyebabkan 131 orang meninggal dunia akibat kericuhan usai laga Arema vs Persebaya di Liga 1, Sabtu (1/10) malam.

Slamet Sanjoko mengatakan awalnya jalannya pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya berjalan kondusif.

“Awalnya, ada dua orang yang mau berfoto setelah pertandingan bersama pemain Arema FC. Kami sudah menyampaikan ke petugas untuk tidak memberikan izin,” kata Slamet Sanjoko.

Namun, karena dua orang suporter Aremania tersebut terus memaksa untuk diperbolehkan masuk dalam area lapangan, akhirnya dua orang itu diizinkan masuk ke lapangan.

BACA JUGA :  Ini Penjelasan Polri Tak Sajikan Adegan Penembakan Gas Air Mata ke Tribun Saat Rekonstruksi Kanjuruhan

Menurutnya, setelah kedua orang tersebut diizinkan untuk memasuki area lapangan tersebut kedua anak itu ternyata menghampiri pemain Arema FC yang saat itu masih berada di dalam lapangan meminta maaf kepada para suporter atas kekalahan dari Persebaya.

“Dua anak itu, yang akan berfoto ternyata mereka mendekat ke pemain Arema FC. Kemudian terjadi bentrokan, pemicunya ada di situ,” ujar Sanjoko.

Setelah terjadi aksi dari dua orang suporter tersebut, kemudian memicu pendukung lainnya untuk memasuki area lapangan. Namun, ia tetap meminta kepada rekan-rekannya yang dari wilayah Bantur untuk tidak ikut masuk ke dalam lapangan.

Setelah melihat situasi mulai tidak terkendali, ia bersama rekan-rekannya segera mengemasi bendera yang mereka bawa. Selain itu, ia bersama sejumlah Aremanita bergegas mencari jalan keluar karena khawatir situasi akan memburuk.

BACA JUGA :  Tiga Polisi Masuk Daftar Enam Tersangka Insiden Kanjuruhan

“Sekitar tiga menit kami keluar gerbang, itu ada tembakan gas air mata ke arah tribune, kami lolos dan tidak tahu bagaimana kondisi di dalam. Namun ada rekan yang terkena gas air mata,” ujarnya.

Ia menyayangkan adanya penembakan gas air mata ke arah tribune yang membuat para penonton panik dan berusaha untuk berhamburan keluar.

Saat itu, lampu Stadion Kanjuruhan juga sudah dimatikan oleh petugas meski kondisi tribune masih penuh penonton.

“Kalau yang masuk ke lapangan mungkin masih bisa kami terima karena mereka memang melanggar batas area. Tetapi kenapa yang di tribune, salah apa, tapi ditembak gas air mata,” ujarnya.

Sebagai informasi, petugas menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan usai laga antara Arema FC melawan Persebaya. Setelah peluit panjang ditiup, ribuan suporter masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain serta ofisial.

BACA JUGA :  Pastikan Pelayanan Optimal, Pj Wali Kota Tinjau RSUD Benda

Berdasarkan hasil rekapitulasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur per 2 Oktober 2022 pukul 14.53 WIB jumlah korban tewas akibat tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, yaitu 131 orang.(*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Verified by MonsterInsights