MEDAN- Keluarga dari Bripka AS (Arfan Saragih) akhirnya mengajukan perlindungan kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Pengajuan pelindungan ini terkait kematian anggota polisi yang diduga bunuh diri seusai terlibat menggelapkan uang wajib pajak kurang lebih Rp2,5 miliar di Samsat Samosir UPT Pangururan.
Hal itu disampaikan oleh kuasa hukum dari keluarga Bripka AS, Jenny Fridolin Siahaan.
“Kenapa yang bersangkutan mengajukan perlindungan LPSK? Karena ada tawaran dari LPSK untuk mengajukan. Jadi kami menyampaikan hal tersebut,” kata Fridolin, Kamis (30/3).
Fridolin menjelaskan laporan dari keluarga Bripka AS ke LPSK awalnya masih menggunakan sistem daring. Namun, hari ini mereka akan melaporkan langsung ke LPSK perwakilan Kota Medan.
“Hari ini rencananya kami akan menyerahkan secara langusung ke perwakilan LPSK Medan untuk memenuhi secara formal permohonan itu,” ucapnya.
Menurut Fridolin, laporan ke LPSK juga sebagai antisipasi terkait kemungkinan adanya gangguan maupun intimidasi terhadap keluarga Bripka AS.
“Jangan nanti kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan baru kami datang ke LPSK. Jadi gunanya LPSK bukan hanya saat ada intimidasi, tapi sifatnya antisipasi,” ujarnya.
Diketahui, dalam kasus dugaan penggelapan uang wajib pajak menyeret lima orang, yakni Bripka AS dan empat pegawai honorer Bapenda UPT Samsat Pangururan.
Kelimanya dilaporkan terlibat dalam kasus itu. Namun kelimanya belum ditetapkan sebagai tersangka.
Belakangan Bripka AS ditemukan tewas diduga bunuh diri dengan menenggak sianida. Namun keluarga mencurigai kematiannya.(*)
