JAWA TENGAH – Tingginya harga kedelai dikeluhkan sejumlah perajin tahu di Desa Adiwerna, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Sejumlah perajin tahu memilih berhenti berproduksi dan sebagian lainnya tetap bertahan meski kembang kempis.
Dengan kondisi itu, jika harga kedelai terus mengalami kenaikan, perajin tahu terancam gulung tikar. Hal itu akibat pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Perajin tahu yang masih bertahan menyiasati dengan mengurangi ukuran tahu menjadi lebih kecil. Solusi ini dinilai yang terbaik, ketimbang harus menaikan harga, yang bisa berakibat ditinggalkan pelanggan.
Harga kedelai kini menembus Rp 14.000 per kilogram, sementara sebelumnya harga kedelai berkisar pada Rp 11.600 per kilogram.
“Saya memilih bertahan di tengah tingginya biaya produksi, meskipun omset dan keuntungan yang didapat saat ini sangat tipis. Sebab tidak ada pekerjaan alternatif lainnya,” kata Andri, salah satu perajin tahu pada, Kamis, (3/11/2022).
Harga tahu buatannya masih dijual Rp 750 per buah. Namun pekan depan, ia berencana menaikkan harga jual menjadi Rp 1.000 per buah agar tetap bertahan.
Naiknya harga kedelai ini pun dikhawatirkan para pedagang akan terus berlangsung lama. Pasalnya jika kenaikan harga kedelai terus berlanjut dalam waktu yang lama, maka tidak menutup kemungkinan harga jual tahu dan tempe akan terus merangkak naik.
Sementara jika harga tahu dan tempe terus naik, maka minat beli masyarakat terhadap dua olahan kedelai ini akan turun, akrena mereka akan beralih pada pilihan makanan lain yang harganya lebih murah.
Tak hanya itu, kenaikan harga kedelai yang tinggi juga bisa berdampak pada keberlangsungan usaha para pedagang. Hal tersebut karena omzet mereka yang tidak sebanding dengan harga kedelai serta biaya produksi yang ada.