ALJAZAIR – Gurun Sahara yang terkenal panas ketika siang hari tiba-tiba diselumuti salju. Biasanya, suhu di gurun itu pada siang hari bisa mencapai 38 derajat Celsius atau 100 derajat Fahrnheit.
Namun, hujan salju telah meninggalkan pola mempesona di bukit pasir Gurun Sahara setelah suhu turun di bawah nol derajat Celsius.
Dilansir dari The Independent, Kamis (20/1/2022), pakar lingkungan mengatakan fenomena langka ini membuktikan parahnya krisis iklim di Bumi. Salju dan es menyelimuti kota Ain Sefra di barat laut Aljazair.
Daerah ini hanya mengalami salju beberapa kali dalam 40 tahun terakhir. Ain Sefra terletak di Pegunungan Atlas, 1.000 meter di atas permukaan laut dan dikenal sebagai “pintu gerbang menuju gurun”.
Lokasi itu terletak di provinsi Naama di Aljazair di bagian utara Sahara, dekat dengan perbatasan Maroko. Meskipun suhu bervariasi di gurun pasir terbesar di dunia tersebut, salju dan es masih jarang.
Satu-satunya insiden salju yang tercatat di Ain Sefra adalah 1979, 2017, 2018 dan tahun lalu.
Jumlah hujan salju sangat bervariasi, mulai dari badai salju yang menghentikan lalu lintas pada tahun 1979 hingga 40cm yang turun pada tahun 2018.
Ain Sefra, yang didirikan pada tahun 1881 sebagai kota garnisun Prancis, mengalami suhu tinggi rata-rata sekitar 37 derajat Celsius di musim panas dan mencapai rekor terendah minus 10,2 derajat Celsius di musim dingin.
“Salju di Gurun Sahara adalah tidak biasa, tetapi tidak pernah terdengar,” kata Kantor Meteorologi Inggris melalui seorang juru bicaranya kepada The Independent.
Editor: Reno