JAKARTA – Selama Covid-19, hutang Amerika Serikat mencapai rekor tertinggi, mencapai lebih dari US$30 triliun atau Rp429 ribu triliun (asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS). Utang tersebut naik sekitar US$7 triliun sejak akhir 2019.
Hari ini Rabu (2/2) mengutip CNN, AS menarik utang lebih cepat selama pandemi covid-19. Negara adidaya tersebut butuh dana besar untuk menangani dampak covid-19 terhadap sektor ekonomi.
Sejumlah ekonom khawatir biaya utang akan ikut melonjak di tengah kenaikan utang AS. Terlebih, bank sentral AS The Federal Reserves (The Fed) berencana menaikkan suku bunga acuan.
“Ini tidak berarti krisis jangka pendek, tetapi itu berarti kami akan menjadi lebih miskin dalam jangka panjang.” kata Kepala Strategi Global JP Morgan Asset Management David Kelly
Ia memproyeksi biaya bunga tembus US$5 triliun dalam 10 tahun ke depan. Menurut Kelly, lonjakan biaya utang akan membatasi jumlah dana yang dikucurkan AS untuk prioritas lain, seperti perubahan iklim.
Sementara, Kelly menjelaskan pemerintah AS berutang hampir US$8 triliun kepada investor asing yang dipimpin oleh Jepang dan China.
“Itu pembayar pajak AS akan membayar pensiun orang-orang di China dan Jepang, yang merupakan kreditur kami,” ucap Kelly.
Utang AS senilai US$30 triliun merupakan utang pemerintah kepada negaranya sendiri. Ini adalah utang yang disimpan di Jamsostek AS dan dana perwalian pemerintah lain.
Sementara, utang yang dimiliki intra pemerintah berjumlah lebih dari US$6 triliun.
Utang AS meroket dalam beberapa dekade terakhir. Sebagian kenaikan utang didorong oleh krisis keuangan 2008 dan pandemi covid-19.
Rekor Tertinggi, Gegara Covid-19 Utang AS Tembus Rp429 Triliun
