ACEH UTARA – Akibat lambatnya pembangunan Waduk Krung Pase di Desa Luboek Tuwe, Kecamatan Murah Mulia, Kabupaten Aceh Utara mengakibatkan petani di 9 kecamatan mengalami kerugian mencapai Rp 542 milyar lebih karena sudah tiga kali gagal tanam.
Nilai kerugian petani selama tiga kali gagal tanam itu jika dihitung 1 kali gagal tanam mencapai Rp 180 Milyar lebih. Dan total kerugian petani selama tiga kali gagal tanam mencapai Rp 542 Milyar lebih.
Proyek itu dikerjakan dengan sistem multiyears yang ditender oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera I Aceh Tahun Anggaran 2021 yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dengan nilai kontrak Rp 44,8 Milyar dan dikerjakan oleh PT Rudi Jaya.
Waduk Krung Pase itu mampu mengairi air ke lahan pertanian di 9 kecamatan di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe yaitu Kecamatan Murah Mulia, Samudera, Syamtalira Bayu, Nibong, Syamtalira Aron, Tanah Pasir, Tanah Luas, Matang Kuli dan Kecamatan Blang Mangat yang lokasinya berada di Pemko Lhokseumawe.
Ketua Forum Komunikasi Peduli Petani Krueng Pase, Ismail Yusuf, Rabu (26/10) kepada DimensiNews.co.id mengatakan, akibat lambannya pekerjaan Waduk Krueng Pase mengakibatkan petani di 9 kecamatan selama tiga kali tidak bisa menggarap lahan pertanian secara maksimal.
“Selama pekerjaan Waduk Krueng Pase, para petani menggarap lahan pertanian dengan mengharapkan tadah hujan dan hasilnya tidak maksimal,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, luas lahan pertanian sawah di 9 kecamatan itu mencapai 8922 hektar dan hanya mengandalkan aliran irigasi untuk mengairi lahan pertanian yang bersumber dari Waduk Krung Pase.
Ismail Yusuf juga menuturkan, berdasarkan amatannya dilokasi pembangunan Waduk Krung Pase yang sedang dikerjakan progresnya baru mencapai 30 persen dan terkesan sangat lambat.
Ia juga menyebutkan, menurut informasi dari para pekerja itu menyebutkan ada para pekerja yang didatangkan dari Jawa dan Sumatera baru 15 hari bekerja sudah berhenti dengan alasan pembayaran upah yang tidak sesuai, sehingga pihak kontraktor pelaksana harus mencari pekerja lain.
“Mungkin karena faktor itu yang mengakibatkan pekerjaan Waduk Krung Pase lamban,” kata Ismail Yusuf.
Mengingat saat ini sedang musim penghujan, Ismail Yusuf mengajak seluruh petani di 9 kecamatan itu untuk segera menggarap lahan pertanian karena kebutuhan air sudah mencukupi untuk bercocok tanam padi.
Permasalahan lambannya pekerjaan Waduk Krueng Pase itu sudah dilaporkan kepada Pj Bupati Aceh Utara, Pj Gubernur, Wamen PUPR dan yang terbaru kepada Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat berkunjung ke Aceh Utara pasca banjir belum lama ini.
“Para petani tidak mengharapkan bantuan modal.usaha dari pemerintah, tapi harapan petani agar pekerjaan Waduk Krueng Pase secepatnya diselesaikan agar bisa menggarap lahan pertanian untuk mecukupi kebutuhan sehari-hari,” harap Ismail Yusuf.